Selasa, 13 Januari 2009

TERIMA KASIH KAMI UNTUK AYAH

Semenjak ibu meninggal, hampir 12 tahun yang lalu, persis tak ada lagi yang ayah lakukan selain membesarkankan aku dan kakak beradik, hari-harinya direnda sendiri, tampa banyak basa basi, sebagai seorang single parent, dipundaknya memang ada beban berat, dan teramat berat, dan Ayah mampu melaluinya dalam rentang waktu yang panjang, dan ketat.
Kakakku El, selepas menyelasaikan Pendidikan Strata Satu pada salah satu perguruan tinggi Swasta di Kota Solok, kemudian berkecimpung di dunia kependidikan menjadi guru sesuai dengan latar belakang pendidikan sebagai Sarjana Pendidikan, ditempatkan di salah satiu Mts N di Sawahlunto, sebagai anak pertama Kakak El memang mengmabil sebagian fungsi seorang Ibu, membina adik -adiknya, tahun 2007 seorang pria, Naldi, anak Bayang, besar di Padang, menjadi pendamping hidupnya.
Aku sebagai Anak lelaki tertua, memang sempat pontang panting, saat 'peristiwa runtuhnya langit rumah kami' aku masih duduk pada semester 3 di Fakultas Peternakan, UNAND, BP 96, setuasi bimbang membuat spirit belajarku jeblok dan hasilnya bisa ditebak, IP terjun bebas ke index pantastis, 3,3, melaju, 2,4, dan menembus angka 1,9.
Aku sangat terpukul atas setuasi yang ku hadapi, sementara itu cara pikirku menjadi liar dan menjebak, aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan, motivasiku hilang, bersama hilangnya sosok ibu dari kehidupanku, ibu yang begitu dekat dan selalu membanggakan, seorang ibu yang sangat mengerti dan pengertian. Tapi semua ini harus melecut semangat, aku tidak boleh mengandaskan harapan ibu, ibu pernah bilang, bahwa aku harus mampu membimbing adik adikku, bagaimanapun tanggungjawab itu memang ada padaku dan aku tak bisa lari.
Hingga dengan susah payak kukumpulkan seluruh asa yang masih tersisa, aku harus bangkit, jika tidak, ibu dialam sana juga akan menyesaliku, menyesal memiliki seorang anak yang tidak mampu melakukan apa-apa, 'ah hari esak masih panjang, tantangan menghadang, dan masa terus berlari dan berpacu, mengejar satu titik dan titik itu adalah masa depan'.
Suatu siang, sebuah panggilan penerimaan PNS datang menghampiri, disatu sisi harus kuliah, sementara disisi lain ada pertimbangan ekonomi, maka kesempatan ini kurebut dan hidup barupun dimulai.
Dalam SK pengangkatan tertera, aku diangkat sebagai staf pada sekretariat daerah Kabupaten Pesisir Selatan, tentu saja ada perasaan berdebar, sebagai anak yang baru kemarin, gamang rasanya memakai baju dengan berbagai atribut, terus terang jangankan bermimpi, terbayangpun tidak untuk menjadi PNS Pemda, saat masih kuliah sebenarnya aku ingin menjadi seorang sarjana peternakan, dan nanti mempunyai usaha peternakan mandiri, bukankah itu lebih menjanjikan, nasib berkata lain. aku harus menghela taqdir ini, menuju garis hidup yang makin berliku.
waktu berlalu, ritme hidup bergerak dinamis, kendati dengan penghasilan terbatas, aku harus memulai pendidikan baruku, menyelesaikan bengkalai, kendati diawali masuk Fakultas Peternakan, akhir cerita kusudahi di Fakultas Hukum, SPt, tidak jadi, SH tak apalah. Tidak di UNAND tidak jadi soal, di STIH YPKM pun tak jadi soal, yang terpenting baterai ini berisi, toko pun bermerek.
di penghujung Tahun 2002, aku menemukan pendamping, dalam masa dan waktu yang terus berpacu, Aku memiliki 2 orang bocah yang membanggakan, Tata dan Cili.
Tata, hadir persis saat usia perkawinanku menginjak satu tahun, saat ini dia sudah bisa berhitung, mengeja huruf hijaiyah, dan kendati sering sakit-sakitan, Tata tumbuh cerdas dan bergairah. sementara Cili, hadir saat Tata genap berusia 3 tahun, Cili, sesuai dengan namanya agak 'pedas' dan emosional, temperamental seorang bocah yang sering membuatku tergelak.
Saat ini aku menunggu kehadiran adik Cili, mudah-mudahan lahir sehat dan Selamat, itu saja, kalaupun diamanahkan Tuhan seorang anak laki-laki, menjadi syukur Alhamdulillah, dan kalaupun perempuan, Syukur Alhamdulilah, Tuhan tentu lebih bijaksana dengan rencananya.
Kemudian, Haridman, yang nomor tiga, adikku yang satu ini, telah memulai hidup baru, dan saat ini tengah menanti kehadiran putra pertamanya, dia menikah dengan teman satu SMAnya di SMA Lengayang, It, panggilannya, selepas menamatkan studinya di Fakultas Peternakan, jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, lebih memilih beraktivitas diladang partikulir, swasta mandiri, terakhir menjadi Konsultan PNPM dan menekuni dunia tulis menulis sebagai jurnalis salah satu media lokal. Tak banyak yang dapat diceritakan dari seorang ' Haridman' kecuali ketertutupan yang sesungguhnya bukan sifat dasarnya, tetapi diajang kehidupan sebenarnya dia lebih aktif sebagai aktivis di ranah kehidupan yang lebih banyak bergaul dengan masyarakat.
Adik ku berikutnya Erawati, dia menghadap Tuhan dalam usia yang sangat belia, belum cukup 6 tahun, ketika itu kami masih tinggal di Talang Babungo Alahan Panjang, Solok.
Epaldi, selepas menyelasikan pendidikan di Fakultas Ekonomi UNAND, dia terus melanjutkan ke Magister Manajemen pada Kampus yang sama, dan saat ini pada tahap penyelesaian, masih sendiri, dan tidak jomblo. Diantara kami Epal, memang dikarunia, paras yang bagus, dan keren. Dia lebih futuristik dan visinya daya jangkaunya lebih moderat dan visioner. Sebagai seorang aktivis kampus banyak sudah pengalaman organisasi yang dilakoninya, yang jelas apapun itu setidaknya akan menjadi bekal dalam merambah lapangan kehudupan yang lebih luas dan buas ini. Artinya bahwa mudah mudahan apa yang dicita-citakannya tergapai dan direhai Allah swt.
Berikutnya JulRahmaddatar, aku termasuk heran, yang satu ini kuliah di jurusan Fisika, UNAND, setidaknya dia telah kuliah 12 semester, tapi belum ada tanda-tanda finis, sebagai seorang aktivis HMI, dia terlalu sibuk sehingga kuliahnya belum kelar juga, tidak apa-apa waktu terus berpacu menuju satu titik.
Mila, salah satu bidadari dikeluarga kami, saat ini kuliah di STKIP PGRI Sumbar jurusan konseling, alias psikologi pendidikan, tidak apa apa yang penting mau dan tidak banyak hura hura, capai target, dan fokus sehingga apa yang dicita-citakan terkabul dan sukses hendaknya.
Si Bungsu, Baim, alias Naimul Qismaini, saat ini akan memasuki pendidikan tinggi, masih kelas III SMA 2 Painan, dan agak 'gaul' dan modis, selalu megikuti irama masa kini, lebih 'ngepop' dan nyentrik. Tidak apa apa, dia pintar, kendati jarang belajar, dia juara kelas, apalagi kalau belajar.
Terima Kasih kami buat ayah yang iklas membimbing kami, merelakan dan mengorbankan hari-harinya dalam kesendirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar