Kamis, 22 Januari 2009

SATE KUDA DAN MARTINA NAVRATILOVA

BAB 14

Bukit tinggi masih berselimut, dingin menggigit, tetapi bagi kami penumpang telaga indah, dingin bukit tinggi belum seberapa jika dipersandingkan dengan dinginnya malam di alahan panjang atau diTalang Babungo.

Yang jadi soal, kami terlalu pagi untuk menjadi tamu Bukit Tinggi, sedari pagi kemarin telaga indah berlari, berhenti sebentar didanau singkarak, meningglkan Ikan bilih yang sempat menyambut kami dipingggiran danau, dan tentu saja sedikit oleh oleh kuhadiahkan pada para bilih itu, karena ketika di Batang Gumanti, sampah yang tersimpan diperutku tak jadi kubuang, dan inilah saatnya untuk bersedekah pada ikan khas Danau Singkarak, barangkali segerombolan ikan itu telah merasa puas dan berterima kasih, saat Telaga Indah kembali berlari. Dan melepas lelah di Batu sangkar.

Dakam rute perjalan Batu sangkar memang menjadi salah satu tujuan yang akan dilihat, sebagai kota budaya batusangkar memang menjanjikan sebagai daerah wisata sejarah dan budaya, cagar budaya, situs dan benda purbakala menjadi salah satu daya tarik yang messti dikunjungi dikota ini, termasuk salah satunya Istaana Pagaruyuang.

Istana Pagaruayuanglah sebanrnya yang menjadi magnit paling besar bagi para wisatawan untuk berbetah betah di Batusangkar, nama yang aneh memang, tetapi batu sangkar membuat telaga indah dapat mengemasi persiapan energi untuk kembali hingga menjelang tengah malam berhasil memasuki Kota Wisata Bukit Tinggi.

Bukit Tinggi lah yang akan menjadi tempat paling memuaskan tidak saja bagi kami para rombongan tetapi Telaga Indah akan tidur dengan pulas, apalagi durasi perjalan melelahkan, dari Talang Babungo, melalui salimpat sebelum alahan Panjang, menyisiri kebun teh sehamparan mata memandang, jalannya seksi meliuk-liuk kanan kiri pemndangan tersaji begitu luar biasa dan menggugah, Lubuk Silasih adalah persimpanagn, belok kekiri, kita akan tersesat ke kota Padang, jalan yang harus dilalui adalah belok kekanan, karena kearah sanalah Danau Singkarak akan dituju, tentu sebelum menemui Alunan buih danau Singkarak, dan ikan bilih yang kalau digoreng akan sangat nikmat

Telaga Indah, meraung raung, mnembelah Bumi Nagari Cupak, dengan rumah penduduk yang hampir menyentuh bibir jalan, rumah toko berlantai tingkat, jalannya bergelombang seperti riak danau diatas dan dibawah, dan jarak makin dekat dengan Solok salayo, tentu saja sebelumnya kita menempuh Sukarami,

Di Solok salayo,Pusat Pemerintahan Kabupaten Solok, Kantor Bupati berdiri Gagah, tentu didalamnya ada orang orang terdidik, terlatih dan pintar, kalau tidak bisa bisa negara rugi untuk menyediakan bangunan sebagaus itu.

Kota solok sebenarnya beradik Kakak dengan Kabupaten Solok, di kota ini seperti juga Kabupaten solok, juga punya Kantor Sendiri, berada ditengah persawahan, tentu saja semuanya telah direncanakan dengan matang, mengapa ditengah sawah, bukti bahwa kemakmuran adalah cita-cita pemimpinnya.

Tidak banyak lagi yang bisa diceritakan karena saking lelahnya tampa terasa Telaga Indah sudah hampir merampungkan separoh tugasnya, mengantarkan rombongan besar keluarga besar SD No 3 Talang Babungo, studi wisata untuk menambah wawasan dan keterasingan.

Jika Buya Radhin Rahman Pulang Kampung, cerita beliau menjadi nyata dan connect, bagi kami dan sebagaian guru-guru, bukankah perjalan wisata sesuatu yang mahal dan langka?. Emngapa pula harus tertidur.?

Sakah satu kebaikan Citra Kasmili, selalu berbagi denganku, terutama soal makanan, jika ia minum cendol satu porsi akan jadi bagianku, jika ia beli buah buahan maka akan ada juga bagian untukku, salah satu keunggulanku adalah sangat antusian jika telah berkaitan dengan segala sesuatu yang beraroma makanan, kali ini sate, tepatnya sate Kuda.

seumur umur baru kali ini aku makan lontang dan deging yang berlidi itu adalah daging kuda, aku membayangkan kuda, kontan saja aku iba dan kasihan, bukankah kuda menjadi alat trasnportasi utama ke Sariak Alahan Tigo, ke Talaok, ke Pinti Kayu, Ke Sungai abu, kesariak diatas, Kuda mempunyai jasa besar bagi kelangsungan hidup murid murid ibuku, sanak keluarga murid murit itu, berkat pikulan kuda pula, ibuku dapat pasokan odol, sabun, minyak tanah, meniyak gorang, ikan asing, garam, lalu mengapa pula kuda yang disate?,

sebelum kudapatkan jawaban aroma sate yang gurih terlalu menggoda bagiku untuk tidak mencicipinya, ah persetan semuanya, inikan bukit tinggi, kawan, pasti kuda yang disembelih adalah kuda bukit tinggi, yang saban waktu mengantar para turis menjelajah kota, kuda yang tidak produktif, sudah tua dan tidak dapat lagi ditunggangi.

Dalam bergulatan itu, sebuah televisi hitam putih, mempertontonkan pertandingan tenis kelas dunia, sorang wanita berambut pirang berlari gesit kesana kemari, kedepan, kebelakang, kesamping, lincah dan dinamis, malam ini Martina Navratilova, akan mempertaruhkan reputasinya mempertahankan gelar Grand Slam yang yang pertama, dan aku juga sedang mempertaruhkan reputasi ibuku, memakan daging kuda, sama saja juga bahwa aku telah memakan sepeda mini ibuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar