Kamis, 15 Januari 2009

AS, INDONESIA DAN KRISIS EKONOMI

Krisis ekonomi yang terjadi pada beberapa korporasi besar Negara paman sam itu, menyebar dan bak virus menggerogoti perekonimian Negara-negara baik di barat maupun ditimur, utara maupun selatan, apa sesungguhnya yang terjadi, kemudian Negara kita pun mengalami imbas dari krisis dimaksud, bukankah sebagai Negara kita juga mempunyai kedaulatan ekonomi dan kekuatan ekonomi sendiri, mengapa pula harus tergantung kepada factor ekonomi Negara lain. tentu saja pertanyaan seperti itu sah sah saja, mengingat kalaupun kita tahu kita merasa tidak tahu, bahwa globalisasi ekonomi sesungguhnya bagian dari politik barat dan Amerika menguasai Negara lain terutama Negara miskin dan terbelakang. disatu sisi kemiskinan menjadi tragedi harian diantara kekayaan sumber daya alam yang meluap. dan tak termanfaatkan dengan bijak.
Tidak pula pas mempersandingkan antara Amerika dan Indonesia, karena perumpaannya bak Raksasa dan anak kecil, seperti gajah dan semut, menjadi tidak pas karena dari sudut manapun kita kalah dan keok, tentu saja maksud tulisan ini bukanlah mempersandingkan dua Negara Amerika adidaya, dan Indonesia Negara berkembang kalau terlalu riskan untuk menyebut Negara miskin dan terbelakang. dan bukan pula bermaksud menghina, tetapi sekedar memperbandingkan saja, tidak pula studi banding. karena studi banding kerjaan anggota dewan yang lebih banyak mudharatnya dibanding manfaat, bukankah studi banding kata lain dari darma wisata ?.

Tapi mengapa pula ‘sakit jantung’ di Amerika membuat tubuh Indonesia gemetaran dan lunglai, tentu berbagai gejolak dari Valas atau Valuta Asing yang menyeret rupiah kelevel terendah setelah krismon 1998 hingga Century Bank yang di bawa ke Unit Gawat Darurat LPS, akibat likuiditasnya bermasalah.

Sebenarnya pemerintah jauh jauh hari memang sudah menyediakan ‘payung’ andai hujan itu benar-benar datang, regulasi itu adalah , Perpu No. 4 tahun 2008 tentang Jaring Pengamanan Sistem Keuangan (Jaring PSK), Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Peraturan BI No 10/31/2008 tentang Fasilitas Pembiayaan Darurat bagi bank umum. lantas apakah ‘payung’ yang disipakan pemerintah itu sudah memadai sehingga aman dari gejolak ekonomi?.

BI sebagai regulator tengah bekerja keras, mekanisme penyelamatan bersifat sistemik, sistemik berarti jika tidak diatasi mengakibatkan kegagalan bank lain dan mempengaruhi kepercayaan pada perbangkan nasional dan sistem ekonomi negara. langkah-langkah yang diambil pertama, meminta pemegang saham/pengurus bank untuk menyelesaikan permasalahan likuiditas antara lain menjual aset likuid berupa surat-surat berharga kedua, menempatkan bank dalam pengawasan intensif, ketiga, meminta pemegang saham bank untuk menambah modal keempat, meminta bank mengundang strategik investors yang dapat menyelesaikan permasalahan bank. Kelima, menempatkan bank dalam status pengawasan khusus. keenam, melakukan penyediaan fasilitas pendanaan jangka pendek.

Sumberdaya Manusia suatu Negara menjadi kunci vital mengapa kemudian banyak Negara kaya sesungguhnya, tetapi miskin dalam kenyataan, karena selain masih terbelakang, ekonomi, sumber daya manusia, teknologi, sehingga kopentingan internasional menjadi amat bergairah mengeksploitasi SDA yang dimiliki. Indonesia sejak lama memang telah masuk dalam perangkat perangai buruk internasional terutama Negara maju, sehinggga SDA yang melimpak dikeruk dan hanya dinikmati oleh para eksploitir, sedikit sdekali yang mampir di KAs Negara, selebihnya memenuhi kantong para elit kekuasaan dan elit politik.

Jika kemudian mata rakyat terbuka, angan angan tinggal landas yang dijanjikan pemerintah Orde Baru, tentu saja hanyalah mimpi-mimpi yang dilontarkan untuk meninabobokkan rakyat sehinggga kemudian rakyat terlena. tetapi saatnya telah datang, mata rakyat tidak lagi melek sesuatu tengah berubah dan masyarakat sudah mengetahui dengan luas dan beragam bahwa kita dikibuli.

Pemerintah Orde Lama dibawah Bung Karno memang sempat kuatir ketika asing berkacak pingggang, sementara izin prinsip pengelolaan sumber daya belum juga keluar. tentu saja konspirasi asing kemudian dengan menghalalkan segala cara mengingingkan agar kekuasaan bisa di stel untuk kemudian bisa diajak bekerja sama dengan sebaik baiknya.

Pak Harto adalah salah tokoh yang kemudian memberikan keleluasaan bagi perusahaan asing untuk mengekploitasi kekayaan Bumi Indonesia sehingga perusahaan besar menanamkan kukunya di bumi nusantara puluhan tahun. Exxon Mobile, Caltex, Preeford dan lain lain, perusahaan skala internasinoal yang menghisap kekayaan Negara dengan leluasan dan bangsa hanyalah objek dan subjeknya mereka.

Tidak ada lagi keleluasaan bagi pemimpin masa kini untuk mengelola sumber sumber resmi Negara kecuali sedikit pajak yang diberikan atas konsesi pemanfaatan sumber daya alam ini. tentu saja sebagai anak bangsa kita prihatin akibat masih tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, ayam mati dalam lumbung.

Tidak mudah memang keluar dari perangkap internasional kerana sebagai Negara yang banyak tersangkut kita memang tidak bisa leluasa keluar dan mengatur perekonomian sendiri. kekuatan global tidak untuk dilawan tetapi untuk dikendalikan, tentu saja untuk melakukan itu semua butuh pemimpin yang mampu memimpin, tidak pemimpin yang mengejar ambisi dan keinginan sesaat, keingin kelompok dan golongan, pemimpin yang bisa memnggapai keininginan seluruh rakyat, yaitu kesejahteraan.

kini adalah saat yang tetap mengevalusi kinerja pemimpin, meneropong kemampuan, verifikasi dukungan pada calon pemimpin, jika memang tidak dapat memberikan perubahan sebaiknya kita berpikir ulang, memcari pemimpin yang benar benar siap luar dalam siang malam dan tidak sebatas retorika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar