Kamis, 22 Januari 2009

CELANA SEORANG SAHABAT

BAB 13

Aku bergegas ke Batang Gumanti, kendati kabut masih berkeliaran, dingin mencekam membius tulang, palaing tidak suhu rendah dari 14 derjat dan ini seperti pagi yang lain, Aku terkasiap ketika etekku Ante Jin mengabarkan bahwa Ayah ku telah dibawa PO Telaga Indah bialng beliau keliling Sumatera Barat dalam rangka darma wisata.

Dengan rombongan SD 03 Talang Babungo, ada banyak murid dan guru yang ikut, murid yang berpartisipasi terutama kelas 5 dan kelas 6 sementara kendati ayahku guru di SD ini, aku masih kelas dua dan tentu jika aku mempergunakan fasilitas murid jelas ditolak, tetapi Ante Jin memamansiku bahwa tadi ayah menunggumu, saying kamu terlalu pulas.

Darahku tersirap, mendidih dan sejurus aku sudah meraung raung kesetanan, berlari dan terus berlari, ya kesana keujung barat, melewati jembatan besi peninggalan Belanda, jembatan yang selalu kulalaui saban hari, jembatan tempakku bermain main, merentangkan tangan dibantaran jembatan, mengusap dari satu ujung keujung yang lain, pulang dan pergi, meludah diatas bantaran, dan kawan kecilku Budi juga melakukan hal yang sama, diujung baru aku terkekah, air lurku tidak lagi teronggok diatas bantaran jembatan, terlindas telapan tangan budi, dikejauan Telaga Indah samar samar, sepertinya sedang berhenti.

Aku menangis, meratap. Menjerit sejadi jadinya, memanggil ayahku, aku tak peduli walau orang orang memandangku aneh, akuterus berlari sekencang kijang dikejar macan, spidometer kecepatankku telah menunjukkan angka maksimal, dan mobil beringsut pelan-pelan derunya menggelegar. “Stop” teriakkan knek menghentikan laju Telaga Indah sebuah hentakan rem mendadak, “ Anak Pak Ustad” bilang knek dengan wajah bertanya, Aku Naik dan murid murid salaing berpandanagan, guru-guru tertawa berderai mereka juga ternyata senang, seperti perasaan senanagku saat ini.

Mobil melaju membawa sukacitaku yang tek tertara, dan persis didaun telinga terdengar geraham ayah berbunyi gemeratuk, aku baru sadar bahwa celana ku bolong, sepertikacamata, dan ayah mencubitku, mobil kembali riuh, dan Pak Harun terkekeh kekeh sampai matanya berair, buk Nurni, tersenyum senyum seorang guru yang benar benar iklas, dan Ayah hanya menyeringai, seperti kuda hanyut dibawa air bah, Aneh dan jenaka.

Untung saja durasi comedian dengan judul Celana Bolong, Kacamata itu tidak lama, Dodi, lah yang menyelamtkanku, sebuah celana pinjaman menjadi andalanku sehngga Keliling Sumatera Barat dapat kulalui dengan kepala tegak dan Bagi Ayah Insiden ini biasa saja dan tidak terlalu signifikan dan saya tahu karakter Ayah, Ayah adalah orang yang tahan banting, tidak mmudah menyerah, cimeeh, cemooh bukanlah sebuah tantangan yang berarti dan beliau seperti biasa dan kebiasaan beliau.

Jadilah darma Wisata kali ini dan pertaama kali bagiku, begitu indah dn mengesankan, apalagi Citra Kasmili kakak dari Citra Kasmila dia baik kepadaku, kalau dia jajan maka akupun akan tersapu jajannanya, Ibu Nurni Akan mentraktirku, aku tahu kenapa ayah tidak mengikutsertakan salah satu alasannya adalah ya itu tadi kantongnya ayah sedang bermasalah, Kanker.

Untung saja semua akomodasi dan komsumsi ku di handle Buk Nurni, dan jadilah aku seperti dua saudara dengan Citra Kasmili, kalau Mili jajan es aku pasti dapat bagian yang sama, kalau mili makan sate aku dpat sate pula, sesuatu yang indah, dan keindahan it uterus berlanjut dalam pusaran waktu yang berlalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar