Selasa, 06 Januari 2009

FATWA VERSUS TEMBAKAU

Negeri ini, menjadi salah satu penghasil rokok terbesar didunia, dan tentu pula menjadi pemakai terbesar pula didunia, puluhan milyar lenting rokok diproduksi dan dikonsumsi. Sehingga industri rokok tanah air menjadi industri yang prospektif, bonafit dan menghasilkan provit. Industri rokok menjadi salah satu andalan bagi penerimaan negara, bahkan mampu menutupi 20% APBN setiap tahunnya.
Pada tahun 2009, APBN kita menembusan angka Rp 1.110 trilyun, kalau begitu maka cukai rokok menyumbang sekitar Rp. 200 trilyun untuk anggaran negara. yang tentu saja nanti akan digunakan untuk membiayai berbagai program pembangunan dinegeri ini. Mulai dari kesehatan, pendidikan, pelayanan sosial dan bidang-bidang lainnya termasuk belanja anggaran rutin termasuk gaji aparatur negara .
Silang sengkarut masalah "halal dan haram' merokok merupakan lagu lama yang terus berhembus dari masa ke masa, dan hingga hari ini masih menjadi wacana ditengah tengah masyarakat. Bahkan terakhir ini ada opini yang berkembang, agar merokok menjadi salah satu yang dilarang di bumi Indonesia ini.
Bahkan pada tataran pemerintah daerah pun sudah ada yang membuat regulasi atau peraturan yang membatasi para perokok, bahkan sampai membuat larangan untuk tidak merokok sama sekali.
Hal ini memang syah syah saja untuk memberikan pemahaman kepada masayarakat akan bahaya merokok bagi kesehatan, dan pemerintah memang dihadapkan pada pilihan yang serba sulit, disatu sisi merokok sangat berkontribusi terhadap penerimaan negara sementara disisi lain menjadi salah satu momok yang menjadi salah satu penyebab yang berakibat kematian bagi pemakainya.
Lalu, bagaimanakah posisi pemerintah seharusnya, sementara atas desakan masyarakat MUI bersiap siap mengeluarkan fatwa haram merokok. lantas darimanalagi ketekoran anggaran hendak ditutupi pemerintah, sementara jika itu dilakukan banyak Perusahaan akan tutup, ribuan orang akan terkena PHK, dan berapa banyak petani tembakau akan merana, sebuah mata rantai yang sulit diurai, kalau hanya bersikap emosional dan tidak rasional maka sebuah bencana akan nyata terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar