Kamis, 22 Januari 2009

DARI LANTAI BAITUSHAFA KU GENGGAM CINTA

BAB 18

Sebenarnya, Ayah lebih cocok menjadi guru di MTs bukan di SD, karena sebelum diangkat menjadi Guru PNS di SD No 3 Talang Babungo, sesungguhnya Ayah adalah tenaga pengajar di PGA Balai Selasa. Dan karena pengalaman itulah ketika ditawarkan sebagai tenaga administrasi di Kandepag Solok ayah lebih memilih mengajar, dan orang orang di Kandepag menyetujui.

Untuk beberapa waktu kemudian beliau dimutasi ke MTS S Talang Babungo, untuk memback up kekurangan tenaga pendidik, terutama untuk beberapa bidang studi yang spesifik, Bahasa Arab, atau Lughatul Arabiyah merupakan salah satu bidang studi yang memiliki guru yang langka, makanya ketik disodori tawaran untuk mengajar di sekolah Agama itu beliau ‘ngeh’ saja dan beliau fahami dengan baik seluk beluk bahasa Arab itu.

Bukankah Bahasa Arab bahasa yang penting? Bahasa pergaulan internasional, bahasa yang berlaku tidak saja didunia, tetapi sampai kea lam akhirat kelak, bahasa komunikasi antara firman Allah dengan manusia, bahasa Arab adalah bahasa yang bertutur secara elok, santun, dan menggetarkan. Sesuatu yang Ayahku minati dengan sepenuh hati. Tetapi Jurusan Bahasa Arab adalah jurusan kering dan kurang diminati, wajar saja jika alokasi untuk guru Bahasa Aarab ini sering tidak terpenuhi, bahkan Departemen Agama memberikan peluang yang besar untuk penerimaan jurusan ini.

Bagiku Ayah adalah tipe seorang pengajar yang sangat cermat dan telaten, bertanggungjawab, dan memiliki kepedulian yang tinggi, tampa mempertimbangkan ini dan itu, terutama menyangkut imbalan materi, bahkan didinding rumah kami berserakan alat peraga, semuanya diperuntukkan bagi murid-murid agar dapat memahami dengan mudah pelajaran bahasa arab, baik strukur maupun tata bahasa itu sendiri.

Sebenarnya bukan rumah kami tetapi rumah kosong yang ditinggalkan oleh pemiliknya dan kami sewa, mereka lebih memilih tinggal di Kayu Jangguik, di kaki bukit, jorong yang kalau dilihat dari puncak bhaitus Safa, seperti jenjang tersusun, sawahnya bertingkat tingkat. Kemudian rumah itu kami tempati dengan masa kontrak yang tidak berbatas, dan imbalannya cukup dengan mengganti kalau ada dinding atau lantai yang rusak, atau atap yang bocor itu saja, tidak lebih.

Alat peraga yang terdiri dari kertas karton berbingkai, bertadris, tentang huruf jar, tentang Isim tunggal dan Jamak, tentang Fiil madhi, fiil mudhari’, fiil amar, tentang tsulasi majid, tentang tata bahasa arab, nahwu syaraf. Sebuah metode memahami yang sesungguhnya dianjurkan dalam dunia pendidikan. Cara cara yang efektif sebenarnya agar anak didik memahami dengan baik dan dapat mencerna pelajaran dengan maksimal.

Tampaknya Ayah memang ingin menunjukkan diri sebagai seorang guru yang sangat telaten dan bertanggungjawab, untuk itulah beliau berkreasi sendiri membuat metoda belanajr yang efektif sehingga anak didik dapat menyerap pelajaran dengan baik dan sempurna materi yang dibawakannya sehinggga bahasa arab sebagai bahasa yang rumit, bahasa Arab mesti disajikan dengan cara yang khas dan menarik, dengan demikian peserta didik dapat mengikuti PBM, atau proses Belajar Mengajar baik dan menyerapnya. Bahasa Arab atau Lughatul Arabiyah, berkorelasi dengan hampir banyak mata pelajaran, Syariah, Alqur’an dan Hadist, Aqidah Aklak, Tarikh Islam, dan tenti\u tidak akan bisa mengikuti pelajaran lainnya seperti yang disebutkan itu jika belum memahami bahasa arab, dan lagian yang terpenting bahasa Arab adalah Bahasa Alqur’an yang mulia, dan inilah tanggungjawab besar, bagi ummat agar dapat membaca Alquran secara tersurat dan tersirat, agar tidak mudah digelincirkan!.

Sebagai sekolah yang dikelola Yayasan Bhaitus Shafa, MTs.S Talang Babungo menjadi salah satu andalan orang tua sebagai tempat menggembeleng putra putrinya, dan semua unsure terlibat dalam pengembangan sekolah ini, sehingga wajar kemudian MTs S Talang Babungo menjadi harrapan terbentuknya putra putri yang setidaknya nanti akan menjadi pewaris ajaran Islam dan menjadi benteng terhadap berbagai tandatangan zaman, siapa lagi yang akan menggantikan Buya Radhin Rahman, Rahimi Rahman, Buya H Munir Gani, kalau tidak putra Talang Babungo sendiri, kalau lengah dan Mts S ini tidak dijaga maka arus zaman sangat keras dan melindas.

Ternyata MTs S Talang babungo dapat Survive, terlihat dari grafik peningkatan penerimaan murid baru yang terus menanjak, bahkan menyebabkan daya tampung tidak sesuai lagi dengan sarana dan prasarana yang tersedia, untuk menutupi kekuranagan ruang belajar salah satunya adalah dengan memanfaatkan lantai dua Masjdi Bhaitush Shafa. Disamping usaha pengurus dan kepala sekolah menjuluk bantuan lokal dari Departemen Agama.

Dilantai inilah kami siswa kelas satu belajar, kendati hanya dibatasi triplek, tak membuat semangat kendor, ada kecerian dan atmosfir yang membuat kami larut dalam cerita cerita yang penuh dinamika, cerita cerita tentang pita suara yang mulai berubah, kumis tipis yang bertumbuh, atau teman wanita yang mulai menyukai lawan jenis, aktivitas lempar lemparan kertas, sampai tuliaasan membuai dan selembar amplot berwarna.

cerita tentang Sari anak Talang yang kedua orang tuanya berdomisil di Padang, kemenkana Tanti, Tanti cantiknya minta ampun, Ulfa yang berhidung panjang dan bengkok, , Pilin teman pertamaku, Zulfawardi kakak kelas yang mumpuni, dia pintar bergaul dan pandai sekolah dan tak jarang jadi rujukan.

Termasuk Buk Afni, surah pelajaran Syari’ah yang beliau ajarkan membuatku begitu bersyukur, bahwa aku mengenal mana yang boleh mana yang tidak, tentang halal dan haram, mubah, sunnah, makruh, tentang bagaimana menjadi seorang muslim yang baik, etika shalat, rukun iman dan islam, hubungan lawan jenis, tentang dosa dosa, tentang surga dan neraka, tentang halangan wanita beribadah, tentang poligami yang dibolehkan, tentang dosa dosa yang tidak berampun, tentang wanita wanita yang menjadi muhrim, tentang bacaan shalat, termasuk adab dalam berhutang, Buk Afni sering menjadi sandaran, tempat ayah sering menyuruhkan kemudian memanggul sekarung buntil, hutang.

Ada lagi Pak Wazal Azwar, tidak akan saya temui lagi, seorang guru yang ketika bercerita membuat air mata saya bercucuran seperti hujan lalu. Terutama ketika beliau bercerita tentang Roman Tenggelamnnya Kapal Van Deer Vijh , Kasih Tak Sampai, dibawah lindungan Ka’bah, cara bertutur beliau yang sempurna dan menarik, dedikasi penuh seorang guru sukarela, dandanannya teratur, pemilihan kostumnya yang apik, dan dialah sesungguhnya idola murid murid, pandai bercerita, santun berbicara, dan enak gerak dan tingkahnya, beliau yang kemudian menjadi salah satu inspirasiku dalam menulis. Jika Novel ini terbit Pak Wazal Azwar menjadi salah seorang yang beruntung dapat satu buku ini dengan gratis.

Bapak Yubahar Ahmad, salam hormat saya kepada anda, beliau adalah sosok yang cerdas dan futuristic, sebagai guru matematika, seharusnya membuat kami bersyukur, karena beliau telah menterjemahkan matematika sebagai sahabat, sayang aku termasuk orang yang kurang sukses menggeluti matematika, termasuk turunannya, fisika, kimia, terutama yang menyangkut dengan perhitungan yang rumit, aku berputus asa, tak ada celah, mimpi untuk merakit oto aneh Sisariak terlalu tingga dan iirasional. Yang jelas disamping mengajar Pak Yubahar adalah birokrat yang dicintai rakyat, jabatan Kades beliau pegang sampai bendera putih beliau angkat, tetap saja beliau terpilih, tidak sama dengan terpilihnya Pak Harto.

Masih banyak lagi Ibu-Bapak guru yang mengabdi tampa mengharapkan pamrih, kendati tak digaji, kalaupun digaji tapi tak seberapa, tetapi dari rona wajah mereka terpancar keiklasan dan rasa tulus, ada kebanggaan jadi guru, jadi seorang ustadz, yang melayani anak didik, memberi surrah, wejangan, pengalaman dan panduan hidup, sesuatu yang membuat mereka bermartabat.

Jika Buk Muslimah, memberikan begitu besar perhatian bagi anak didiknya dalam Tetralogi Laskar Pelangi, maka Buk Ratnailis, Pak Imam Abrar, Pak Yasrul Yasin atau lebih akrab dipanggil Pak Yeye, orang-orang yang sesungguhnya ‘lupa’dicatat dan dinukilkan dalam novel-novel dan cerita romantis, tetapi dalam benakku, akan tersimpan rapi, dengan segala hormat dan rasa terima kasih, anda telah membuatku dan seluruh anak didikmu ‘memaknai’ hidup dengan sesungguhnya, membuka mata hati, bahwa iklas menjadi modal dalam menempuh perjuangan hidup ini.

Ayah mungkin agak sedikit lebih ‘beruntung’ karena secara finansial pemerintah memberi gaji tiap bulannnya, dilapangan pengabdian semua menjadi tidak berarti apa-apa jika Ayah tidak membuka diri dan bersoalisasi, makanya ‘ketekoran’ penghasilan tidak membuat kami kelaparan, ayah ternyata memiliki banyak kemenakan di Talang Babungo, semua orang, besar kecil, tua-muda, tampa memandang suku, memanggil ayah dengan sapaan ‘mamak’ sebutan yang membanggakan, sehingga ada-ada saja sedekah beras, padi, ampiang, kareh-kareh, sayur mayur, dan apa saja yang nyaris mebuat kami ‘makmur’ ditengah keterbatasan.

Ayah menjadi mamak bagi kemenakannya yang banyak, tentu saja ayah menjadi sandaran keluh kesah dan beragam masalah anak kemenakannya itu, bertengkar suami istri, sengketa warisan, masalah air sawah, anak yang malas dan bandel, persoalan bujang lapuk dan perawan tua, minta diobati, tidak punya keturunan, tanaman diserang hama babi, atau bermacam kepandaian ilmu ghaib, semua ditangani ayah secara baik dan memuaskan, tentu saja ‘mamak’ dapat memberikan jalan keluar itu dengan solusi-solusi yang dapat diterima dengan akal sehat dan tidak mengada-ada, karenanya ayah tidak terkesan ‘gadang ota’, karisma beliau mengantarkan banyak persoalan dapat diselesaikan dengan kepala dingin, bukan dengan jurus masuk angin, elok dan tidak pakai golok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar