Kamis, 22 Januari 2009

HARAPAN PATAH SEORANG IBU

BAB 9

Mentari menjemput malam dan mengusir rembulan keperaduan.
Sebentar lagi akan terjadi serah terima antara lalat dan nyamuk, saatnya lalat mengakhiri tugas bersama siang, dan nyamuk pula yang giliran untuk menjagai sepanjang malan hingga pagi sebuah kesepakatan proporsional, dan professional.

Diantara mereka tidak pernah wanprestasi, sesuai kontrak yang telah ditanda tangani dan berdasarkan bidang tugas yang memiliki prosedur tetap dan tak berubah ubah,.

Maka dari sekian banyak tentu ada pula yang nakal, akibat evolusi mereka para makluk terutama lalat dan nyamuk hari hari terakhir memang ada berbagai perubahan, kita juga menyaksikan nyamuk yang bekerja siang hari dan lalat yang bekerja malam hari, hal ini memang belum menimbulkan konflik tetapi bisa saja kalau tidak segera diatasa oleh para pengambil kebijkan di dunia mereka tentu aka nada persoalan besar dikemudian hari yang akan mengganggu harmonisasi dunia mereka.

Begitulah perumpaan, sebagai pendatang baru ibu mesti berpandai pandai menyesuaikan diri, kepala boleh sama warnanya tetapi pendapat tentu berbeda, tabiat, karakter mesti dipelajari dengan cermat, hidup bertetangga, se kampong bahkan senagari harus diyakini sebagai territorial yang sesungguhnya menyenangkan untuk digeluti, tetapi banyak orang yang merasa menjadi beban dan bukan menjadikan integrasi social sebagai ladang ilmu dan pematangan kepekaan social.

Buk Eli, sebagai guru senior tentu dibutuhkan bimbingannya, tampaknya Buk Eli tipe pribadi yang tertutup, bahkan terkunci oleh perasaannya sendiri dan kamar gelap harga dirinya.
Sebagai seorang istri posisi Buk Eli tentu dilematis, persoalan yang paling berat tentu menjadikan diri sebagai madu bagi wanita lain, gelagat itu tentu sedikit banyak akan menyeruak dengan aroma tidak sedap, tetapi justru Buk Eli ingin bermain api untuk terbakar sementara persedia air terbatas.

Tentu saja bagi Ibu urusan pribadi Buk Eli adalah wilayah privat yang tidak boleh diganggu gugat, tetapi wilayah kerja perusahan privat Buk Eli itu menjadi santapan hangat para ibu-ibu yang sedang mencari kutu, ketika bertransaksi dipasar, atau ketika mengambil rapor anak, mulut manusia tampa kendali tak seperti mulut tabuh atau gendang, yang bisa dikunci.

Buk Eli adalah problem dilematis bagi Ibu, berbaikan dengan Buk Eli tentu akan mengurangi Rasa hormat Buk Dan Kenek, Istri perdana Pak Jamhur, Suami pertama Buk Eli, Buk dan Kenek adalah tipe wanita yang sulit dimengerti, menggelegak satu ketika dan lain kesempatan menjadi lembut sedingin embun.

Pak Jamhur seorang pengusaha yang bergerak dibidang pemborongan atau lebih tepatnya sebagai seorang kontraktor proyek-proyek pembangunan dari jalan hingga jembatan, dari Pengadaan peralatan hingga pembangunan tempat jamban, dari aspal hotmik hingga lantai keramik, pokoknya beliau salah seorang tokoh Talang Babungo yang sukses merintis bisnis semua berkat tangan dingin Buk Dankenek.

Kata orang, uang sering kali menjadi liar dan menjadi petaka bagi siapa yang tidak sanggup menjinakkannya, Ustad sering bilang, bahwa ujian yang paling berat apabila kita diuji dengan harta benda, justru lebih berat bila kita diuji dengan kemiskinan dan kurang harta, karena harta yang mulai melimpah ruah, ada keinginan liar yang sulit dijinakkan, dan saban waktu menjadi palu godam yang mengetuk ngetuk jendela hati, dan godaan itu akhirnya mampu juga membobol sekeping hati Pak Jamhur.

Ada dua rumah yang berdiam didalam cintanya dan barangkali itulah salah satu alasan mengapa wanita enggan dimadu, menjadi istri pertama maupun nomor urut berikutnya sama sama tidak mengenakkan, tetapi pilihan itu dilakoni Buk Eli, dan mengapa pula Pak Jamhur harus rela didiamkan anak dan istri pertamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar