Kamis, 22 Januari 2009

HIKAYAT SEBUAH MEJA

BAB 2

Ayah menjadi orang pertama yang kembali ketanah takapuang ini, setelah PRRI berhasil dibelenggu oleh kekuasaan tentara Jawa, dan orang-orang yang bermukim disini kembali hidup normal dikampung, nyaris tempat ini menjadi kawasan mati, tanpa penghuni seperti perkampungan orang-orang perahu di Pulau Batam, puing-puing dan sisa sejarah yang mereka buat masih terbaca jelas.

Ayah, ibu, kakak dan adikku yang masih merangkak adalah orang orang yang kembali, orang orang yang sesungguhnya belum pernah kesini, kecuali Ayah, selebihnya Ibu, kakakku dan adikku masih berumur dua tahun.

Pelajaran pertama yang dilakunya adalah meniti jembatan penyebrangan dari batang kelapa yang dipotong, kedua ujungnya bertemu dipinggir kedua bibir tepi, dan ayah sengaja memasangnya sejajar, menjadi ganda dan amat membantu terutama bagi adikku yang masih merangkat itu.

Karena ayah menjadi orang pertama yang kembali, maka berbagai sarana pendukung mesti diperbaharuai, sebuah sumur tua, airnya masih seperti kondisi air di kontur tanah rawa, jika anda anda sisuguhkan dan disuruh memilih antara air the sariwangi dan air tanah rawa pasti anda akan bingung, warnanya persis sama dan hanya lidah saja yang bisa membedakannya.

Tampaknya usaha keras ayah tidak sia sia, kendati tidak berlatar belakang tukang kayu, apalagi penguasaan ilmu tekniknya yang lemah, tentu saja perbaikan pondok yang dilakukan ayah patut diberi apresiasi, rumah atau yang lebih tepatnya disebut pondok perladangan, yang semula sudah seperti orang mau sujud, dan sempoyongan kembali kukuh, sandi-sandi yang masih tampak utuh dengan sedikit sentuhan diperkuat dengan penambahan kayu sehingga tonggak tongkak penopang dinding sudah dirasa cukup sebagai tempat tinggal.

Aku menjadi orang rimba, oleh karenanya aku harus membiasakan diri mengauli rimba dengan segala tradisi yang berlaku, ada aturan-aturan yang harus dilaksanakan, disamping adupula pantangan-pantangan yang harus dielakkan.

Sekali lagi rimba adalah sahabatku jika malam menyungkup maka apa saja bisa jadi lawan, dingin, hujan, binatang buas, ular, sipasan, kumbang, dan berbagi jenis reptilia bisa-bisa menjadi ancaman dan itu adalah ketakutan naluriah sehingga mengharuskan manusia untuk melindungi diri.

untuk berbagai alasan keamanan maka rumah panggung yang telah direnovasi ini menjadi tempatku merenda hari-hari, inilah duniaku, ayah telah memberikan salah satu pengajaran penting, bahwa untuk memahami hidup memang harus dimulai dari dunia yang kita sendiri tidak pernah membayangkan.

Ayah menyelesaikan pekerjaannya yang dianggapnya sebagai proyek prestisius, dan ayah dengan senyum puas memandang, sembari mematut-matut sebuah meja yang berhasil diselsaikannya dengan gagah, dan aku tahu meja hasil pekerjaan tangan ayah ini merupakan model lama tetapi dengan tingkat ketelitian yang jauh dari ilmu atau teknik membuat meja.

Lihat saja hasil khatam kayu, semuanya halus, tak peduli apakah papan itu menghadap keatas atau kebawah, ajaib sekali meja itu seperti layaknya meja kebanyakan tetapi mengapa kempat kaki meja itu tidak berdiri vertical, agak miring tetapi tidak sampai membentuk posisi diagonal sempurna, kemiringannya sekitar 30 derajat.

Ibupun takjub, karena ini adalah meja pertama hasil lakek tangan ayah, ibupun terpana, ada senyum puas dirona ayah ketika ibu memberikan sedikit pujian.

Tetapi ketika aku berusaha mengetes hasil karya ayah, ibupun sempat kawatir tetapi aku tetap melanjutkan uji coba, secepat pesulap beraksi aku sudah ada diatas meja ayah, dan aku adalah orang pertama yang berhasil duduk dan seperti penyanyi yang sedang beraksi diatas panggung aku berjingkrak jingkrak, dan apa yang terjadi saudara.

“Brukk”, meja ayah ambruk, sempoyongan dan jatuh ketanah, bersama tubuh kecilku. Dan ayah telah mengabarkankan kepadaku sebuah prinsip tentang perilaku, bahwa jangan pernah melakukan pujian terhadap karya yang belum dilakukan pengujian secara ilmiah, karena sebuah hipotesa adalah tesis yang belum sempat diuji, dan hipotesa adalah dugaan, dugaan antara sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah.

‘Terimakasih nak, kau membuat ayah paham, arti sebuah keahlian’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar