Kamis, 15 Januari 2009

ODE TUK NELAYAN

Matahari sudah meninggi dan Berputar mengitari orbit, meninggalkan pagi, ombak menghempas dan berhenti dibibir pantai untuk kembali lagi tampa lelah, begitu pula burung laut sesekali menukik menyambar buih dan lalu pergi menjauh entah kemana, seperti biasa Hasidin dan rekan rekan seprofesi menghela nafas, nun jauh disana sebuah perahu kecil terombang ambing dibuai alun, disanalah ujung nasib Hasidin hari ini.

Hasidin tidak sendiri ada berapa banyak_entah berapa yang jelas begitulah gambaran saban hari masyarakat tepi pantai Pesisir Selatan, menghela pukat. Masih seperti sediakala semenjak kakek nenek teknologi yang dipergunakan masih seperti itu, tampa ada perubahan kearah yang lebih baik. Usaha ini jangankan untuk kebutuhan anak sekolah, biaya berobat dan pemenuhan kebutuhan sandang dan perumahan, untuk sekedar makan saja sering tidak tertutupi, kondisi seperti ini tetap saja belum beranjak kendati zaman telah melangkah jauh.

Kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dalam segala hal masih menjadi pakaian sehari-hari. Hasidin tidak pernah merasakan hiruk pikuknya atmosfir kota apalagi metropolitan, semuanya terasa datar dunia memang selebar daun kelor, laksana katak saja terkungkung dalam tempurung. Tidak ada yang berarti rutinitas hidup memang menjemukan, tidak ada ritme, dan tidak ada dinamika.

Biarlah orang sibuk dengan segala macam tetek bengek, mulai dari persiapan Pemilu, pilkada, kompanye, ambisi politik para elit, pertarungan internal partai yang berujung ricuh, atau sekedar membaca dunia dari media, tidak. Hidup bagi Hasidin adalah bagaimana agar esok matahari masih bersinar, dan malam-malam adalah untuk melepas lelah dalam kepenatan nasip, tidak jadi soal kalu angin laut berhembus dalam kisaran abnormal, yang jelas pesona dan kelakuan laut menjadi standar apakah besok masih bisa melaut melepas jala.

Saatnya pemberdayaan masayarakat pesisir serius dilakukan, benar memang telah banyak program yang digulirkan untuk pengentasan masayarakat miskin tetapi pantai, terutama mereka yang menyandarkan hidup dari melaut, tetapi sudah sejauh mana tingkat keberhasilan programprogram dimaksud apakah sudah memberikan output yang jelas dan mampu mengangkat harkat kehidupan masyarakatn nelayan.

Memang perlu evaluasi yang konprehensif untuk mengukur tingkat keberhasilan program pemerintah dimaksud termasuk pemberian bantuan tunai bebeupa kredit lunak yang selama ini digelontorkan kepada masayarakat nelayan “jangan sampai seperti membuang air kepasir’ pekerjaan yang sia-sia. Anggaran yang besar belum menjamin akan perubhan nasib para nealayan karena selama ini mereka sering dijadikan objek bukan subjek kegiatan atau program itu, apa yang mereka butuh seringkali tidak dikomunikasikan dengan masyarakat nelayan, sementera program sepihak yang dibuat pemerintah.

Untuk saatnya memberikan peluang untuk kehidupan yang lebih baik bagi para nelayan yang masih termarjinalkan, baik oleh alam mapun ulah pemerintah sendiri, berdosa jika pemimpin disemua level jika mengabaikan nasib nelayan yang menjadi bagian terbesar masyarakat bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar